Rabu, 12 Maret 2008

Agar Anak Cerdas, Ibu Hamil Harus Rajin Elus Perut

Jakarta - Siapa tidak ingin memiliki anak cerdas.
Konon, kecerdasan anak dapat dikembangkan sejak dalam kandungan.Untuk mendukung perkembangan otak janin, tidak cukup hanya diberi nutrisi saja.Mengelus-elus perut ibu hamil juga bisa memicu perkembangan otak janin."Stimulasi ini seperti dengan mengusap-usap perut ibu hamil dan mengajakbicara janin. Dengan sering melakukan stimulasi seperti itu, maka jaringan sinaptogenesis atau hubungan antar syaraf semakin banyak," kata dokter spesialis anak Dr Attila Dewanti Sp.A.Hal itu disampaikan dia dalam diskusi bertajuk "Mengembangkan Kecerdasan Anak Sejak dalam Kandungan" di Brawijaya Women and Children Hospital, Jl. Taman Brawijaya, Jakarta, Sabtu (22/9/2007).
Attila mengatakan, mengusap perut dan mengajak bicara janin juga bisa meningkatkan hubungan bapak-ibu dengan anaknya. Selain itu juga bisa mematangkan emosi anak, sehingga ketika dewasa tidak mudah depresi. Menurut dia, faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan otak ada 3 yaitu, genetik, nutrisi dan lingkungan. Nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan otak janin antara lain protein, karbohidrat, vitamin, mineral, serta AA dan DHA untuk perkembangan otak dan retina mata.
Untuk faktor genetik, orangtua yang cerdas, kemungkinan besar akan memiliki anak yang cerdas pula. Sebab dari faktor genetik ini, sekitar 50-60 persen yangditurunkan.Sedangkan faktor lingkungan salah satunya adalah mengelus perut dan mengajak bicara janin. (nvt/ken)
Sumber: detik, 24/09/2007

Hati-hati! Kemalasan Ibu Dipelajari Bayi


Jakarta - Saat hamil, banyak ibu yang merasa malas bergerak. Alasannya, bawaan orok. Namun kemalasan ini jangan dipelihara karena bisa dipelajari oleh bayi yang masih dalam kandungan."Bayi juga mempelajari respons ibu, seperti bangun siang, dan sebagainya. Jadi jangan heran kalau saat hamil si ibu kerap bangun siang, anaknya juga begitu," ujar dokter kandungan Ali Sungkar. Hal itu disampaikan dia dalam diskusi bertajuk "Mengembangkan Kecerdasan Anak Sejak dalam Kandungan" di Brawijaya Women and Children Hospital, Jl Taman Brawijaya, Jakarta, Sabtu (22/9/2007).

Selama hamil, seorang ibu tidak dianjurkan minum kopi berlebihan karena ditakutkan akan mengganggu bioritmik tubuh. Saat hamil sebaiknya hindari asap rokok, alkohol, obat bebas, dan jamu."Jamu sebaiknya dihindari karena jamu itu tidak ditakar. Sehingga kandungan zat aktifnya kita tidak tahu," jelas Ali. Berbahagialah Saat Hamil siapapun tentu senang melihat wajah ceria dan bahagia penuh senyum. Wajah yang jauh dari kesan stres. Bahagia. Itulah seharusnya yang dirasakan seorang ibu hamil, dan bukannya stres."Kalau ibunya stres, bisa meningkatkan masalah pada perilaku anak kelak," ujar psikolog anak dan keluarga Rusyika Thamrin Psi, CBA, CPHR.Emosi ibu seperti marah, takut, cinta dan berharap, juga berpengaruh pada genetika anak.

"Suami-suami juga harus memberi dukungan. Jadilah suami yang paling romantis," imbuh perempuan yang akrab disapa Tika ini.Dijelaskan dia, hubungan antara ibu dengan bayi dalam kandungan sangat luar biasa. Sebab mereka dapat berkomunikasi dan menjalin keintiman. Tidak ada ibu hamil yang dapat menyembunyikan emosi dari bayinya."Emosi yang dialami ibu dibawa ke plasenta bayi oleh molekul, sehingga bisa mempengaruhi perkembangan otak bayi dan karakter emosi bayi," beber Tika. Menurutnya, stimulasi sejak dalam kandungan seperti respons sentuhan dan suara, dapat menjalin kedekatan emosi ibu dan bayi. Selain itu, juga bisa menentukan hubungan antara anak dan orangtuanya di masa depan.(nvt/nrl)

Sumber: detik, 24/09/2007

Senin, 03 Maret 2008

SIAPAKAH ORANG DEWASA ITU ?

Masa dewasa dibagi menjadi 3 (tiga) kategori :
A. Masa dewasa dini,

Masa ini usianya berkisar antara 18 sampai dengan 30 tahun. Tugas perkembangannya adalah :

1. Belajar memikul tanggung jawab sosial
2. Belajar memilih kelompok sosial yang cocok
3. Belajar hidup berkeluarga
4. Belajar mengurus anak
5. Belajar mengurus rumah tangga

B. Masa dewasa pertengahan

Masa ini usianya berkisar antara 30 tahun sampai 50 tahun. Tugas perkembangannya adalah :

1. Mencapai tanggung jawab sosial yang layak bagi orang dewasa
2. Membina dan mempertimbangkan standar kehidupan ekonomi
3. Membantu para remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
4. Mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang
5. Mencapai hubungan yang harmonis dengan sekitarnya
6. Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiologis pada masa dewasa pertengahan
7. Menyesuaikan diri sebagai orang tua yang telah berusia

C. Masa dewasa matang
Masa ini usianya berkisar diatas 50 tahun. Tugas perkembangannya adalah :
1. Menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan jasmani
2. Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan berkurangnya pendapatan
3. Menyesuaikan diri terhadap datangnya kematian bagi keluarga
4. Memenuhi kewajiban sosial
5. Membina dan mengatur kehidupan fisik yang lebih mantap
6. Mengatur kehidupan batiniah yang lebih baik

Minggu, 02 Maret 2008

Etika Bisnis Islam

Al Quran dan Hadist telah memberikan resep tertentu dalam tatakrama demi kebaikan seorang pelaku bisnis. Seorang pelaku bisnis diwajibkan berperilaku dengan etika bisnis sesuai dengan yang dianjurkan oleh Al Quran dan Sunnah yang terangkum dalam 3 (tiga) garis besar, yakni :
1. Murah Hati
2. Motivasi untuk Berbakti
3. Ingat Allah dan Prioritas Utama-Nya
Banyak ayat-ayat Al Quran dan Hadist Nabi yang memerintahkan kaum Muslimin untuk bermurah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan dan bersahabat saat melakukan dealing dengan sesama manusia. Al Quran secara ekspresif memerintahkan agar kaum Muslimin bersifat lembut dan sopan manakala berbicara dengan orang lain sebagaimana yang tercantum dalam Surah Al Baqarah ayat 83 dan Surah Al Israa’ ayat 53.
Tindakan murah hati, selain bersikap sopan dan santun, adalah memberikan maaf dan berlapang dada atas kesalahan yang dilakukan orang lain, serta membalas perlakuan buruk dengan perilaku yang baik, sehingga dengan tindakan yang demikian musuh pun akan bisa menjadi teman yang akrab. Selain itu hendaknya seorang Muslim dapat memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan kapan saja ia dibutuhkan tanpa berpikir tentang kompensasi yang akan didapat.
Manifestasi lain dari sikap murah hati adalah menjadikan segala sesuatu itu gampang dan lebih mudah serta tidak menjadikan orang lain berada dalam kesulitan. Islam menginginkan para pemeluknya untuk selalu membantu, dan mementingkan orang lain lebih dari dirinya sendiri ketika orang lain itu sangat membutuhkannya dan berlaku moderat dalam memberikan bantuan.
Melalui keterlibatannya di dalam aktivitas bisnis, seorang Muslim hendaknya berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh masyarakat dan manusia secara keseluruhan. Cara-cara eksploitasi kepentingan umum, atau berlaku menciptakan sesuatu kebutuhan yang sangat artificial, sangat tidak sesuai dengan ajaran Al Quran. Agar seorang Muslim mampu menjadikan semangat berbakti mengalahkan kepentingan diri sendiri, maka ia harus selalu mengingat petunjuk-petunjuk berikut:
1. Mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan orang lain;
2. Memberikan bantuan yang bebas bea dan menginfakkannya kepada orang
yang membutuhkannya;
3. Memberikan dukungan dan kerjasama untuk hal-hal yang baik.

Seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, meskipun dalam keadaan sedang sibuk oleh aktivitas mereka. Umat Islam hendaknya sadar dan responsif terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Prioritas-prioritas yang harus didahulukan adalah:
1. Mendahulukan mencari pahala yang besar dan abadi di akhirat ketimbang keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia;

2. Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor, meskipun akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar;
3. Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram;
4. Mendahulukan bisnis yang bermanfaat bagi alam dan lingkungan sekitarnya daripada bisnis yang merusak tatanan yang telah baik.

Etika bisnis Islami merupakan tatacara pengelolaan bisnis berdasarkan Al-Qur'an, hadist, dan hukum yang telah dibuat oleh para ahli fiqih. Terdapat empat prinsip etika bisnis Islami: (1) Prinsip tauhid yang memadukan semua aspek kehidupan manusia, sehingga antara etika dan bisnis terintegrasi, baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horizontal (hablumminannas).

Sebagai manifestasi dari prinsip ini, para pelaku bisnis tidak akan melakukan diskriminasi di antara pekerja, dan akan menghindari praktik-praktik bisnis haram atau yang melanggar ketentuan syariah. (2) Prinsip pertanggungjawaban. Para pelaku bisnis harus bisa mempertanggungjawabkan segala aktivitas bisnisnya, baik kepada Allah SWT maupun kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk memenuhi tuntutan keadilan. (3) Prinsip keseimbangan atau keadilan. Sistem ekonomi dan bisnis harus sanggup menciptakan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat. (4) Prinsip kebenaran. Dalam prinsip ini terkandung dua unsur penting, yaitu kebajikan dan kejujuran. Kebajikan dalam bisnis ditunjukkan dengan sikap kerelaan dan keramahan dalam bermuamalah, sedangkan kejujuran ditunjukkan dengan sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan tanpa adanya penipuan sedikitpun.

Selain itu, dengan menggunakan etika bisnis Islami sebagai dasar berperilaku, baik oleh manajemen maupun oleh semua anggota organisasi, maka perusahaan akan mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas adalah yang memiliki kesehatan moral dan mental, punya semangat dalam meningkatkan kualitas amal (kerja) di segala aspek, memiliki motivasi yang bersifat inner, mampu beradaptasi dan memiliki kreativitas tinggi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas kerja, punya kemampuan berkomunikasi, mengutamakan kerapian dan keindahan kerja. Jika akal dikendalikan iman, akan membuat seseorang dalam berbisnis tetap berpedoman pada standar etika yang diyakininya.

Sembilan Elemen Jurnalisme

1. Kebenaran FungsionalBill Kovach dan Tom Rosenstiel menerangkan bahwa masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran fungsional.Kebenaran yang diberitakan media dibentuk lapisan demi lapisan. Kovach dan Rosenstiel mengambil contoh tabrakan lalu lintas. Hari pertama seorang wartawan memberitakan kecelakaan itu. Dimana, jam berapa, jenis kendaraannya apa, nomor polisi berapa, korbannya bagaimana. Hari kedua berita itu mungkin ditanggapi oleh pihak lain. Mungkin polisi, mungkin keluarga korban. Mungkin ada koreksi. Maka pada hari ketiga, koreksi itulah yang diberitakan. Ini juga bertambah ketika ada pembaca mengirim surat pembaca, atau ada tanggapan lewat kolom opini. Demikian seterusnya. Kebenaran dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan. Kebenaran sehari-hari ini pula terbentuk bangunan kebenaran yang lebih lengkap.
2. Loyal Pada WargaMengetahui mana yang benar dan mana yang salah saja tak cukup. Kovach dan Rosenstiel menerangkan elemen kedua dengan bertanya. ”Kepada siapa wartawan harus menempatkan loyalitasnya? Pada perusahaannya? Pada pembacanya? Atau pada warga?”Wartawan punya tanggung jawab sosial yang tak jarang bisa melangkahi kepentingan perusahaan di mana mereka bekerja. Walaupun demikian, dan di sini uniknya, tanggung jawab itu sekaligus adalah sumber dari keberhasilan perusahaan mereka. Perusahaan media yang mendahulukan kepentingan warga yang justru secara bisnis lebih menguntungkan ketimbang yang hanya mementingkan bisnisnya sendiri.
3. Disiplin Melakukan VerifikasiDisiplin verifikasi mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gosip, ingatan yang keliru, manipulasi, guna mendapatkkan informasi yang akurat. Disiplin verifikasi inilah yang membedakan jurnalisme dengan hiburan, propoganda, fiksi atau seni.Lantas bagaimana dengan beragamnya standar jurnalisme? Tidakkah disiplin tiap wartawan dalam melakukan verifikasi bersifat personal? Kovach dan Ronsenstiel menerangkan memang tak setiap wartawan punya pemahaman yang sama. Tidak setiap wartawan tahu standar minimal verifikasi. Susahnya, karena tak dikomunikasikan dengan baik, hal ini sering menimbulkan ketidaktahuan pada banyak orang karena disiplin dalam jurnalisme ini sering terkait dengan apa yang biasa disebut sebagai objektivitas..
4. Independen“Seorang wartawan adalah mahluk sosial. Don’t get me wrong.” kata Kovach. Asosial bukan antisosial.Kovach dan Rosenstiel berpendapat, wartawan boleh mengemukakan pendapatnya dalam kolom opini (tidak dalam berita). Mereka tetap dibilang wartawan walau menunjukkan sikapnya dengan jelas. Jadi, semangat dan pikiran untuk bersikap independen ini lebih penting ketimbang netralitas. Namun wartawan yang beropini juga harus tetap menjaga akurasi dari data-datanya. Mereka harus tetap melakukan verifikasi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan memenuhi berbagai ketentuan lain yang harus ditaati seorang wartawan.
5. Memantau Kekuasaan dan Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas. Memantau kekuasaan bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman. Mungkin kalau dipakai istilah Indonesianya, “Jangan cari gara-gara juga.” Memantau kekuasaan dilakukan dalam kerangka ikut menegakkan demokarasi.Salah satu cara pemantauan ini adalah melakukan investigative reporting --sebuah jenis reportase dimana si wartawan berhasil menunjukan siapa yang salah, siapa yang melakukan pelanggaran hukum, yang seharusnya jadi terdakwa, dalam suatu kejahatan publik yang sebelumnya dirahasiakan.
6. Jurnalisme sebagai Forum PublikKovach dan Rosenstiel menerangkan zaman dahulu banyak surat kabar yang menjadikan ruang tamu mereka sebagai forum publik di mana orang-orang bisa datang, menyampaikan pendapatnya, kritik dan sebagainya. Kovach dan Rosenstiel berpendapat jurnalisme yang mengakomodasikan debat publik harus dibedakan dengan “jurnalisme semu,” yang mengadakan debat secara artifisial dengan tujuan menghibur atau melakukan provokasi.
7. Memikat Sekaligus RelevanMungkin meminjam motto majalah tempo jurnalisme itu harus “enak dibaca dan perlu.” Memikat sekaligus relevan. Ironisnya, dua faktor ini justru sering dianggap dua hal yang bertolak belakang. Laporan yang memikat dianggap laporan yang lucu, sensasional, menghibur dan penuh tokoh selebritas. Tapi laporan yang relevan dianggap kering, angka-angka, dan membosankan.Padahal bukti-bukti cukup banyak, bahwa warga mau keduanya. Orang membaca berita olah raga, tapi juga berita ekonomi. Orang baca resensi buku tapi juga mengisi teka-teki silang. Majalah The New Yorker terkenal bukan saja karena kartun-kartunnya yang lucu, tapi juga laporan-laporannya yang panjang dan serius.
8. Proporsional dan KomprehensifKovach dan Rosenstiel mengambil contoh yang menarik. Surat kabar sensasional diibaratkan seseorang yang ingin menarik perhatian pembaca dengan pergi ke tempat umum lalu melepas pakaian, telanjang. Orang pasti suka dan melihatnya. Pertannyaannya adalah bagaimana orang telanjang itu menjaga kesetiaan pemirsanya? Ini berbeda dengan pemain gitar. Dia datang ketempat umum, memainkan gitar, dan ada sedikit orang yang memperhatikan.Tapi seiring dengan kualitas pemain gitarnya, makin hari makin banyak orang yang datang untuk mendengarkan. Pemain gitar ini adalah contoh surat kabar yang proporsional.Proporsional serta komprehensif dalam jurnalisme memang tak seilmiah pembuatan peta. Berita mana yang diangkat, mana yang penting, mana yang dijadikan berita utama, penilaiannnya bisa berbeda antara si wartawan dan si pembaca. Pemilihan berita juga sangat subyektif. Kovach dan Rosenstiel bilang justru subjektif inilah wartawan harus senantiasa ingat agar proporsional dalam menyajikan berita.
9. Mengikuti NuraniSetiap wartawan harus mendengarkan hati nuraninya sendiri. Dari ruang redaksi hingga ruang direksi, semua wartawan seyogyanya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggungjawab sosialnya.Membolehkan tiap individu wartawan menyuarakan hati nurani pada dasarnya membuat urusan manajemen jadi lebih kompleks. Tapi tugas setiap redaktur untuk memahami persoalaan ini. Mereka memang mengambil keputusan final tapi mereka harus senantiasa membuka diri agar tiap orang yang hendak memberi kritik atau komentar bisa datang langsung pada mereka

Mengapa kita manusia hanya berumur sekitar 75 tahun saja....

Di awal zaman, Tuhan menciptakan seekor sapi.Tuhan berkata kepada sang sapiHari ini kuciptakan kau Sebagai sapiengkau harus pergi ke padang rumput.Kau harus bekerja dibawah terikmatahari sepanjang hari.Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun.Sang Sapi keberatanKehidupanku akan sangat berat selama 50tahun. Kiranya 20 tahun cukuplahbuatku. Kukembalikan kepadamu yang 30tahun . Maka setujulah Tuhan.
Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet.Hai monyet, hiburlah manusia. Akuberikan kau umur 20 tahun!Sang monyet menjawab "What? Menghiburmereka dan membuat mereka tertawa?10 tahun cukuplah. Kukembalikan 10tahun padamu" Maka setujulah Tuhan.
Di hari ketiga, Tuhan menciptakananjing.Apa yang harus kau lakukan adalahmenjaga pintu rumah majikanmu.Setiap orang mendekat kau harusmenggongongnya. Untuk itu kuberikanhidupmuselama 20 tahun Sang anjingmenolak : "Menjaga pintu sepanjang hariselama20 tahun ? No way.! Kukembalikan 10tahun padamu". Maka setujulahTuhan.
Di hari keempat, Tuhan menciptakanmanusia.Sabda Tuhan: "Tugasmu adalah makan,tidur, dan bersenang-senang.Inilah kehidupan. Kau akanmenikmatinya. Akan kuberikan engkau umursepanjang 25 tahun! Sang manusiakeberatan, katanya "Menikmati kehidupanselama 25 tahun? Itu terlalu pendekTuhan.Let's make a deal.Karena sapi mengembalikan 30 tahunusianya, lalu anjing mengembalikan 10tahun, dan monyet mengembalikan 10tahun usianya padamu, berikanlahsemuanya itu padaku. Semua itu akanmenambah masa hidupku menjadi 75tahun.Setuju ?" Maka setujulah Tuhan.
AKIBATNYA... ......... ......... .........Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagaimanusia dijalankankita makan,tidur dan bersenang-senang30 tahun berikutnya menjalankankehidupan layaknya seekor sapikita harus bekerja keras sepanjang hariuntuk menopang keluarga kita10 tahun kemudian kita menghibur danmembuat cucu kita tertawa denganberperan sebagai monyet yang menghiburDan 10 tahun berikutnya kita tinggaldirumah, duduk didepan pintu, danmenggonggong kepada orang yang lewatUhuk, uhuk (batuk)... Eh, Ntong,mo kemane lo?Salamfw

Aku Tidak Lebih Dulu ke Surga

Aku tidak tahu dimana berada. Meski sekian banyak manusia berada disekelilingku, namun aku tetap merasa sendiri dan ketakutan. Aku masih bertanya dan terus bertanya, tempat apa ini, dan buat apa semua manusia dikumpulkan. Mungkinkah, ah ... aku tidak mau mengira-ngira. Rasa takutku makin menjadi-jadi, tatkala seseorang yang tidak pernah kukenal sebelumnya mendekati dan menjawab pertanyaan hatiku. "Inilah yang disebut Padang Mahsyar," suaranya begitu menggetarkan jiwaku. "Bagaimana ia bisa tahu pertanyaanku," batinku. Aku menggigil, tubuhku terasa lemas, mataku tegang mencari perlindungan dari seseorang yang kukenal. Kusaksikan langit menghitam, sesaat kemudian bersinar kemilauan. Bersamaan dengan itu, terdengar suara menggema. Aku baru sadar, inilah hari penentuan, hari dimana semua manusia akan, menerima keputusan akan balasan dari amalnya selama hidup didunia. Hari ini pula akan ditentukan nasib manusia selanjutnya, surgakah yang akan dinikmati atau adzab neraka yang siap menanti.

Aku semakin takut. Namun ada debar dalam dadaku mengingat amal-amal baikku didunia. Mungkinkah aku tergolong orang-orang yang mendapat kasih-Nya atau jangan-jangan. . Aku dan semua manusia lainnya masih menunggu keputusan dari Yang menguasai hari pembalasan. Tak lama kemudian, terdengar lagi suara menggema tadi yang mengatakan, bahwa sesaat lagi akan dibacakan daftar manusia-manusia yang akan menemani Rasulullah SAW di surga yang indah. Lagi-lagi dadaku berdebar, ada keyakinan bahwa namaku termasuk dalam daftar itu, mengingat banyaknya infaq yang aku sedekahkan. Terlebih lagi, sewaktu didunia aku dikenal sebagai juru dakwah. "Kalaulah banyak orang yang kudakwahi masuk surga, apalagi aku," pikirku mantap. Akhirnya, nama-nama itupun mulai disebutkan. Aku masih beranggapan bahwa namaku ada dalam deretan penghuni surga itu, mengingat ibadah-ibadah dan perbuatan-perbuatan baikku. Dalam daftar itu, nama Rasulullah Muhammad SAW sudah pasti tercantum pada urutan teratas, sesuai janji Allah melalui Jibril, bahwa tidak satupun jiwa yang masuk kedalam surga sebelum Muhammad SAW masuk. Setelah itu tersebutlah para Assabiquunal Awwaluun. Kulihat Fatimah Az Zahra dengan senyum manisnya melangkah bahagia sebagai wanita pertama yang ke surga, diikuti para istri-istri dan keluarga rasul lainnya. Para nabi dan rasul Allah lainnya pun masuk dalam daftar tersebut. Yasir dan Sumayyah berjalan tenang dengan predikat Syahid dan syahidah pertama dalam Islam. Juga para sahabat lainnya, satu persatu para pengikut terdahulu Rasul itu dengan bangga melangkah ke tempat dimana Allah akan membuka tabirnya. Yang aku tahu, salah satu kenikmatan yang akan diterima para penghuni surga adalahmelihat wajah Allah. Kusaksikan para sahabat Muhajirin dan Anshor yang tengah bersyukur mendapatkan nikmat tiada terhingga sebagai balasan kesetiaan berjuang bersama Muhammad menegakkan risalah. Setelah itu tersebutlah para mukminin terdahulu dan para syuhada dalam berbagai perjuangan pembelaan agama Allah. Sementara itu, dadaku berdegub keras menunggu giliran.

Aku terperanjat begitu melihat rombongan anak-anak yatim dengan riang berlari untuk segera menikmati kesegaran telaga kautsar. Beberapa dari mereka tersenyum sambil melambaikan tangannya kepadaku. Sepertinya aku kenal mereka. Ya Allah, mereka anak-anak yatim sebelah rumahku yang tidak pernah kuperhatikan. Anak-anak yang selalu menangis kelaparan dimalam hari sementara sering kubuang sebagian makanan yang tak habis kumakan. "Subhanallah, itu si Parmin tukang mie dekat kantorku," aku terperangah melihatnya melenggang ke surga. Parmin, pemuda yang tidak pernah lulus SD itu pernah bercerita, bahwa sebagian besar hasil dagangnya ia kirimkan untuk ibu dan biaya sekolah empat adiknya. Parmin yang rajin sholat itu, rela berpuasa berhari-hari asal ibu dan adik-adiknya di kampung tidak kelaparan. Tiba-tiba, orang yang sejak tadi disampingku berkata lagi, "Parmin yang tukang mie itu lebih baik dimata Allah. Ia bekerja untuk kebahagiaan orang lain." Sementara aku, semua hasil keringatku semata untuk keperluanku. Lalu berturut-turut lewat didepan mataku, mbok Darmi penjual pecel yang kehadirannya selalu kutolak, pengemis yang setiap hari lewat depan rumah dan selalu mendapatkan kata "maaf" dari bibirku dibalik pagar tinggi rumahku.

Orang disampingku berbicara lagi seolah menjawab setiap pertanyaanku meski tidak kulontarkan, "Mereka ihklas, tidak sakit hati serta tidak memendam kebencian meski kau tolak." Masya Allah..murid-murid pengajian yang aku bina, mereka mendahuluiku ke surga. Setelah itu, berbondong-bondong jama'ah masjid-masjid tempat biasa aku berceramah. "Mereka belajar kepadamu, lalu mereka amalkan. Sedangkan kau, terlalu banyak berbicara dan sedikit mendengarkan. Padahal, lebih banyak yang bisa dipelajari dengan mendengar dari pada berbicara," jelasnya lagi. Aku semakin penasaran dan terus menunggu giliranku dipanggil. Seiring dengan itu antrian manusia-manusia dengan wajah ceria, makin panjang. Tapi sejauh ini, belum juga namaku terpanggil. Aku mulai kesal, aku ingin segera bertemu Allah dan berkata, "Ya Allah, di dunia aku banyak melakukan ibadah, aku bershodaqoh, banyak membantu orang lain, banyak berdakwah, izinkan aku ke surgaMu." Orang dengan wajah bersinar disampingku itu hendak berbicara lagi, aku ingin menolaknya. Tetapi, tanganku tak kuasa menahannya untuk berbicara."Ibadahmu bukan untuk Allah, tapi semata untuk kepentinganmu mendapatkan surga Allah, shodaqohmu sebatas untuk memperjelas status sosial, dibalik bantuanmu tersimpan keinginan mendapatkan penghargaan, dan dakwah yang kau lakukan hanya berbekas untuk orang lain, tidak untukmu," bergetar tubuhku mendengarnya.

Anak-anak yatim, Parmin, mbok Darmi, pengemis tua, murid-murid pengajian, jama'ah masjid dan banyak lagi orang-orang yang sering kuanggap tidak lebih baik dariku, mereka lebih dulu ke surga Allah. Padahal, aku sering beranggapan, surga adalah balasan yang pantas untukku atas dakwah yang kulakukan, infaq yang kuberikan, ilmu yang kuajarkan dan perbuatan baik lainnya. Ternyata, aku tidak lebih tunduk dari pada mereka, tidak lebih ikhlas dalam beramal dari pada mereka, tidak lebih bersih hati dari pada mereka, sehingga aku tidak lebih dulu ke surga dari mereka. Jam dinding berdentang tiga kali. Aku tersentak bangun dan, astaghfirullah. .., ternyata Allah telah menasihatiku lewat mimpi malam ini.